Agregat dan Persyaratan Agregat

Agregat ialah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar atau beton. Agregat kira-kira menempati sebanyak 70 % volume mortar atau beton, agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat motrtar/betonnya, sehingga pemilihan agregat merupakan suatu bagian penting dalam pembuatan mortar/beton.

Agregat dibedakan menjadi dua berdasarkan pukuran butir-butirnya. Agregat yang mempunyai ukuran butir-butir besar dan memiliki nilai batas ukuran yaitu lebih besar dari 4,80 mm disebut dengan agregat kasar. Sedangkan agregat yang berbutir kecil dan memiliki ukuran lebih kecil dari 4,80 mm disebut dengan agregat halus. Secara umum, agregat harus mempunyai bentuk yang baik (bulat atau mendekati kubus), bersih, keras, kuat dan gradasinya baik. Agregat harus pula mempunyai kestabilan kimiawi dan dalam hal-hal tertentu harus tahan aus dan tahan cuaca.

Persyaratan Agregat

Menurut standar SK SNI S-04-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A), agregat untuk bahan bangunan sebaiknya dipilih yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :

A. Agregat halus

1) Butir-butirnya tajam dan keras, dengan indeks kekerasan ≤ 2,2

2) Kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca (terik matahari dan hujan). Jika di uji dengan larutan garam NAtrium Sulfat bagian yang hancur maksimum 12 %, jika dengan garam Magnesium Sulfat maksimum 18 %.

3) Tidak mengandung lumpur (butiran halus yang lewat ayakan 0,06 mm) lebih dari 5 %.

4) Tidak mengandung zat organis terlalu banyak, yang dibuktikan dengan percobaan warna dengan larutan 3 % NaOH, yaitu warna cairan di atas endapan agregat halus tidak boleh lebih gelap daripada warna standar / pembanding.

5) Modulus halus butir antara 1,50 – 3,80 dan dengan variasi butir sesuai standar gradasi.

6) Agregat halus dari laut / pantai, boleh dipakai asalkan dengan petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui.

B. Agregat Kasar

1) Butir-butirnya keras dan tidak berpori, indeks kekerasan ≤ 5 % (diuji dengan goresan batang tembaga). Bila diuji dengan bejana Rudeloff atau Los Angeles.

2) Kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca (terik matahari dan hujan). Jika diuji dengan larutan garam Natrium Sulfat bagian yang hancur maksimum 12 %, jika dengan garam Magnesium Sulfat maksimum 18 %.

3) Tidak mengandung lumpur (butiran halus yang lewat ayakan 0,06 mm) lebih dari 1 %.

4) Tidak boleh mengandung zat-zat yang raktif terhadap alkali

5) Butiran agregat yang pipih dan panjang tidak boleh lebih dari 20 %

6) Modulus halus butir antara 6 – 7,10 dan dengan variasi butir sesuai standar gradasi

7) Ukuran butir maksimum tidak boleh melebihi dari : 1/5 jarak terkecil antara bidang-bidang samping cetakan, 1/3 tebal pelat beton, ¾ jarak bersih antar tulangan atau berkas tulangan

Agregat Alami dan Agregat Buatan

Agregat diperoleh dari sumber daya alam yang telah mengalami pengecilan ukuran secara alamiah (misalnya kerikil) atau dapat pula diperoleh dengan cara memecah batu alam, membakar tanah liat dan sebagainya.

Agregat alami dapat diklasifikasikan ke dalam sejarah terbentuknya peristiwa geologi, yaitu agregat beku, agregat sedimen dan agregat metamorf yang kemudian dibagi lagi menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil, pembagian tersebut adalah sebagai berikut :

a. Pasir Alam (Agregat alami), terbentuk dari pecahan batu karena beberapa sebab. Pasir dapat diperoleh dari dalam tanah, pada dasar sungai atau dari tepi laut. Oleh karena itu pasir dapat digolongkan menjadi 3 macam, yaitu :

1) Pasir Galian

Pasir golongan ini diperoleh langsung dari permukaan tanah atau dengan cara menggali terlebih dahulu. Pasir ini biasanya tajam bersudut, berpori dan bebas kandungan garam.

2) Pasir Sungai

Pasir ini diperoleh langsung dari dasar sungai, yang pada umumnya berbutir halus dan bulat-bulat akibat proses gesekan. Pada sungai tertentu yang dekat dengan hutan kadang-kadang banyak mengandung banyak humus.

3) Pasir Pantai

Pasir pantai berasal dari pasir sungai yang mengendap di muara sungai (di pantai) atau hasil gerusan air di dasar lautyang terbawa arus air laut dan mengendap di pantai. Pasir pantai biasanya berbutir halus, jika berasal dari dasar laut maka pasirnya banyak mengandung banyak garam. Oleh karena itu maka sebaiknya pasir pantai diperiksa terlebih dahulu sebelum dipakai. Jika mengandung garam maka sebaiknya dicuci dulu dengan air tawar sebelum dipakai.

b. Batu Pecah (agregat buatan), merupakan butir-butir hasil pemecahan batu. Permukaan butir-butirnya biasanya lebih kasar dan bersudut tajam.

c. Pecahan Bata / Genteng, agregat ini merupakan hasil pemecahan bata/genteng, bahan ini harus bebas dari kotoran dan tidak mengandung kotoran yang mengurangi mutu beton.

d. Tanah Liat Bakar, tanah liat dengan kadar air tertentu dibuat berbutir sekitar 5 sampai 20 mm,kemudian dibakar. Hasil pembakaran berbentuk bola yang keras dan ringan serta berpori. Serapan airnya berkisar antara 8 sampaia 20 %.

e. Herculite / Haydite, agregat ini adalh hasil pembuatan dari tanah shale yang dimasukkan ke dalam tungku putar pada suhu 1200o C selama 10 – 15 menit. Gas yang ada pada shale mengembang membentuk jutaan sel kecil (pori udara) dalam massa yang keras. Sel-sel kecil tersebut dikelilingi oleh selaput tipis kedap air yang kuat. Agregat ini mempunyai berat jenis 1,15 dan daya serap air sekoitar 16 %.

f. Abu Terbang (sintered fly-ash aggregate). Agregat ini ialah hasil pembakran abu terbang (pada pembakaran batu bara) sampai meleleh dan mengeras lagi yang membentuk butir-butir seperi kerikil.

g. Terak Dingin ialah hasil sampingan dari pembakaran bijih besi pada tanur tinggi, yang didinginkan pelan-pelan di udara terbuka. 




1 comments:

Unknown said...

Terima kasih sangat membantu

Post a Comment