Kota-kota besar seperti Jakarta,
Bandung, Surabaya berdiri pabrik pabrik perakitan kendaraan bermotor berbagai macam merk.
Dalam konteks ini, transportasi dapat dis ebut sebagai arena walfare
colonialism, karena menjadi tumbal bagi pemerintah, pengusaha, dan masyarakat.
Bisa dilihat bahwa kekacauan sektor transportasi di Surabaya tanpa disadari
sebagai implikasi kebijakan yang kurang memperhatikan kepentingan masyarak at. Fenomena
mencuatnya persoalan transportasi publik di kota kota besar di Indonesia saat
ini tidak dapat diselesaikan secara teknis saja. Pergeseran pola perilaku
masyarakat dengan adanya angkutan massal, berupa bus way, kereta api
misalnya dapat dimaknai sebagai suatu perubahan yang cukup berarti dalam
pemilihan moda transportasi oleh masyarakat. Bagi pengguna jasa transportasi
dengan adanya angkutan massal berarti ada perubahan itu menyangkut pola
mobilitas penduduk, pola perilaku bertransportasi. Bagi pemerintah penyelenggaraan
transportasi publik berarti pemerintah membuat kebijakan untuk pengadaan transport
itu mulai dari bersifat teknis, sosiologis hingga politis, seperti pengadaan
lahan, penataan ruang, modal, dan sebagainya. Ini berlanjut pada in teraksi
pemerintah dengan kekuatan kapital. Untuk membangun sistem transportasi publik
berkelanjutan perlu adanya revitalisasi dalam semua aspek yang berkaitan dengan
transportasi publik. Teoritisi dan analis negara menghindari debat tentang
apakah fungsi negara dapat direduksi menjadi kebutuhan atas modal sebagai tujuan
akhir, sebagaimana di-ungkapkan Althusser. Jadi teoretisi negara percaya bahwa
orang tidak dapat mengkaji negara modern tanpa meneliti kapital dibandingkan
dengan orang dapat mengkaji ekonomi tanpa meneliti fungsi negara (Skoepol,
1979). Masyarakat sebagai obyek, merupakan penentu dalam menetukan kebijakan
yang dibuat oleh negara terutama yang berkaitan dengan usaha pensejahteraan
masyarakatnya. Memperhatikan kondisi makro yang ada terutama pengaruh iklim
globalisasi menempatkan persoalan transportasi menjadi layanan kebutuhan atau
aksesibilitas yang harus disediakan oleh Negara. Aksesibilitas transportasi
menjadi penting seiring dengan meningkatnya peradaban umat manusia. Secara
empiris, perkembangan kehidupan manusia dan kemajuan teknologi transportasi berpengaruh
pada perubahan social dan ekonomi regional. Sebagaimana dikemukakan Cooley
(1994:17 -18) bahwa: “The character of
transportation as a whole and in detail, at any particular time and throughout
its history, is altogether determined by its inter -relations with physical and
social forces and conditions. To understand transportation means simply to
analyze these inter -relations. So far, attention has been fixed as much as
possible on the simpler and more obvious conditions, the physical. We now approach
the more complex question of the social relations of transportation. The need
for the movement of things and persons underlies every sort of social organization,
every institution whatever.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment