Alinyemen Vertikal
adalah perpotongan bidang vertikal dengan bidang permukaan perkerasan jalan
melalui sumbu jalan untuk jalan 2 lajur 2 arah atau melalui tepi dalam masing-masing perkerasan untuk jalan
dengan median. Seringkali disebut juga
sebagai penampang memanjang jalan. Alinyement vertikal disebut juga penampang memanjang
jalan yang terdiri dari garis-garis lurus dan garis-garis lengkung.
Garis lurus tersebut bisa datar, mendaki atau menurun, biasa disebut berlandai.
Landai dinyatakan dengan persen.
Pada umumnya gambar
rencana suatu jalan dibaca dari kiri ke kanan, maka landai jalan diberi tanda
positip untuk pendakian dari kiri ke kanan,
dan landai negatip untuk penurunan dari kiri.
Dalam alinyement vertikal
hal-hal yang dibahas mengenai audit jalan adalah :
a)
Kelandaian
1).
Landai Minimum
Berdasarkan
kepentingan arus lalu lintas, landai ideal adalah landai datar (0%). Sebaiknya ditinjau dari
kepentingan drainase jalan, jalan
berlandai > 0%.
2).
Landai Maksimum
Untuk landai maksimum nilai
3% mulai memberikan pengaruh kepada gerak kendaraan mobil penumpang, walaupun
tidak seberapa dibandingkan dengan gerakan
kendaraan truk yang terbeban
penuh. Untuk membatasi pengaruh perlambatan kendaraan truk terhadap arus lalu lintas, maka ditetapkan
landai maksimum untuk kecepatan rencana
tertentu, seperti pada tabel berikut ini:
Kecepatan Rencana
|
Landai Maksimum
|
(km/jam)
|
(%)
|
100
|
3
|
80
|
4
|
60
|
5
|
50
|
6
|
40
|
7
|
30
|
8
|
20
|
9
|
Sumber: Ditjen. Bina Marga, 1992
3).
Panjang Landai Kritis
Selain landai maksimum
terdapat panjang kritis untuk kelandaian sebagai faktor yang dapat mempengaruhi dalam perencanaan alinyemen vertikal. Ditjen Bina Marga memberikan panjang kritis yang
merupakan kira-kira panjang 1(satu) menit perjalanan. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Kecepatan Rencana
|
Kelandaian
|
Panjang Kritis dari
Kelandaian
|
(km/jam)
|
(%)
|
(m)
|
|
4
|
700
|
100
|
5
|
500
|
|
6
|
400
|
|
5
|
600
|
80
|
6
|
500
|
|
7
|
400
|
|
6
|
500
|
60
|
7
|
400
|
|
8
|
300
|
|
7
|
500
|
50
|
8
|
400
|
|
9
|
300
|
|
8
|
400
|
40
|
9
|
300
|
|
10
|
200
|
Sumber: Ditjen. Bina Marga,
1992
4). Lengkung
Vertikal
Pergantian dari
satu kelandaian ke kelandaian yang lain dilakukan dengan mempergunakan lengkung
vertikal. Lengkung vertikal di rencanakan sedemikian rupa sehingga memenuhi keamanan, kenyamanan dan drainase.
Persamaan umum lengkung vertikal adalah sebagai berikut:
Keterangan :
L : Panjang lengkung vertikal sama
dengan panjang proyeksi lengkung
pada bidang horizontal
A : Besarnya
titik peralihan dari bagian tangen ke bagian lengkung vertikal (g1-g2)
|
Sumber : Ditjen. Bina Marga,1992
Keterangan :
Ev :
Pergeseran pada bagian titik perpotongan kedua bagian tangen atau pusat perpotongan vertikal (PPV)
Persamaan diatas berlaku baik untuk lengkung vertikal
cembung maupun vertikal cekung. Hanya bedanya jika Ev yang diperoleh positif,
berarti lengkung vertikal cembung, jika negatif berarti lengkung vertikal
cekung.
Setelah itu hasil perhitungan disesuaikan dalam Standar
Perencanaan Geometrik Jalan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga
seperti pada tabel berikut:
Kecepatan Rencana
|
Standar panjang
|
(km/jam)
|
minimum lengkung
|
|
vertikal (m)
|
100
|
85
|
80
|
70
|
60
|
50
|
50
|
40
|
40
|
35
|
30
|
25
|
20
|
20
|
Sumber : Ditjen. Bina Marga1992
0 comments:
Post a Comment