Semen
non-hidrolik dapat mengikat dan mengeras di dalam air, akan tetapi dapat
mengeras di udara. Contoh utama dari semen non-hidrolik adalah kapur. Kapur
dihasilkan oleh proses kimia dan mekanis dari alam. Kapur telah digunakan
selama berabad-abad lamanya sebagai bahan adukan dan plesteran untuk bangunan.
Hal tersebut dapat dilihat pada piramida-piramida di Mesir yang dibangun 4500
tahun sebelum masehi. Kapur digunakan sebagai bahan pengikat selama zaman
Romawi dan Yunani. Pondasi jalan pada zaman Romawi, termasuk jalan Via Appia, merupakan
tanah yang distabilkan dengan kapur. Kini kapur digunakan dalam bidang
pertanian, industri kimia, industri karet, industri kayu, industri farmasi,
industri baja, industri gula dan industri semen.
Jenis kapur
yang baik adalah kapur putih, yaitu yang mengandung kalsium oksida yang tinggi
ketika masih berbentuk kapur tohor (belum berhubungan dengan air) dan akan
mengandung banyak kalsium hidroksida ketika telah berhubungan dengan air. Kapur
telah dihasilkan dengan membakar batu kapur atau kalsium karbonat bersama
beserta bahan-bahan pengotornya, yaitu magnesium, silikat, besi, alkali,
alumina dan belerang. Proses pembakaran dilaksanakan dalam tungku tanur tinggi
yang berbentuk vertikal atau tungku putar pada suhu 800-1200o C. Kalsium
karbonat terurai menjadi kalsium oksida dan karbon dioksida dengan reaksi kimia
sebagai berikut :
CaCO3 → CaO + CO2
Kalsium
oksida yang terbentuk disebut kapur tohor dan jika berhubungan dengan air akan
menjadi kalsium hidroksida serta panas. Dengan reaksi kima adalah :
CaO + H2O
→ Ca(OH)2 + panas
Proses ini
dinamakan dengan proses mematikan kapur (slaking)
dan hasilnya, yaitu kalsium hidroksida, sering disebut sebagai kapur mati.
Kecepatan berlangsungnya reaksi terutama bergantung pada kemurnian kapur,
sehingga semakin tinggi kemurnian kapur yang bersangkutan makin besar daya
reaksinya terhadap air. Kapur mati dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu
1. Dapat dimatikan
dengan cepat
2. Dapat dimatikan
agak lambat
3. Dapat dimatikan
dengan lambat.
Kapur mati
dapat didapatkan dengan menambahkan air secukupnya (sekitar sepertiga dari
kapur tohor). Dempul kapur diperoleh dengan menambahkan air yang berlebihan
pada kapur tohor.pengikatan kapur terjadi akibat kehilangan air akibat
penyerapan oleh batu bata atau akibat penguapan. Proses pengerasan berlangsung
akibat reaksi karbondioksida dari udara dengan kapur mati. Reaksinya adalah
sebagai berikut :
Ca(OH)2
+ CO2 → CaCO3 + H2O
Dari reaksi
kimia diatas dapat terlihat bahwa akan terbentuk kembali kristal-kristal
kalsium karbonat, yang mengikat massa heterogen itu menjadi massa padat. Proses
pengerasan ini berjalan lambat dan dapat berlangsung bertahun-tahun sebelum
mencapai kekuatan yang penuh. Agar dapat berlangsung, diperlukan aliran udara
bebas untuk persediaan karbondioksida yang dapat menembus bagian terdalam dari
adukan sehingga proses pengerasan dapat berlangsung menyeluruh. Kapur putih ini
cocok untuk menjernihkan plesteran langit-langit, untuk mengapur kamar-kamar
yang tidak penting dan garasi, atau untuk membasmi kutu-kutu dalam kandang.
Semen
hidrolik
Semen
hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan mengeras di dalam air. Contoh
semen hidrolik antara lain kapur hidrolik, semen pozzolan, semen terak, semen
alam, semen portland, semen portland-pozollan, semen portland terak tanur
tinggi, semen alumina dan semen expansif. Contoh lainnya adalah semen prtland
putih, semen warna dan semen-semen untuk keperluan khusus.
1.
Kapur hidrolik
Sebagian besar (65-75%) bahan kapur hidrolik terbuat dari batu gamping,
yaitu kalsium karbonat beserta bahan pengikutnya berupa silika, alumina,
magensia dan oksida besi.
Kapur hidrolik dibuat dengan cara membakar batu kapur yang mengandung
silika dan lempung sampai menjadi klinker dan mengandung cukup banyak karbondan
silikat untuk menghasilkan kapur hidrolik. Klinker yang dihasilkan harus
mengandung cukup banyak kapur bebsa sehingga massa klinker itu dapat
menghasilkan kapur tohor setelah berhubungan dengan air.
Bila kadar alumina dan silika dalam kapur bertambah, maka panas yang terjadi
berkurang dan pada suatu saat reaksi antaraair dan kapur tersebut berhenti.
Pada suhu tinggi, alumina dan silika berpadu dengan kalsium oksida, kalsium
silikat dan alumina yang tidak mudah bergabung dengan air bila berada dalam
bentuk gumpalan-gumpalan. Oleh karena itu, kapur tohor ditambahkan pada saat
pemberian air, sehingga gumpalan-gumpalan yang besar terpecah-pecah menjadi
serbuk halus akibat pengembangankapur tohor.
Kapur hidrolik memperlihatkan sifat hidroliknya, namun tidak cocok untuk
bangunan-bangunan di dalam air, karena membutuhkan udara yang cukup untuk
mengeras. Sifat umum dari kapur adalah sebagai berikut :
·
Kekuatannya rendah
·
Berat jenis rata-rata 1000 kg/m³
·
Bersifat hidrolik
·
Tidak menunjukkan pelapukan
·
Dapat terbawa arus
Perawatan kapur hidrolik dimulai setelah satu (1) jam dan
diakhiri setelah lima belas (15) jam. Penggunaannya antara lain untuk adukan
tembok, lapisan bawah plesteran, plesteran akhir, bahan pencampur semen.
1.
Semen pozollan
Pozollan adalah sejenis bahan yang mengandung silisium atau alumunium, yang
tidak mempunyai sifat penyemenan. Butirannya halus dan dapat bereaksi dengan
kalsium hidroksida pada suhu ruang serta membentuk senyawa-senyawa yang
mempunyai sifat semen.
Semen pozollan adalah bahan ikat yang mengandung silika amorf, yang apabila
dicampur dengan kapur akan membentuk benda padat yang keras. Bahan yang
mengandung pozollan adalah teras, semen merah, abu terbang dan bubukan terak
tanur tinggi. Teras alam dapat dibagi menjadi :
·
Batu apung, obsidian, scoria, tuff, santorin dan teras
yang dihasilkan dari bahan vulkanik
·
Teras yang mengandung silika smorf halus yang tersebar
dalam jumlah banyak dan dapat bereaksi dengan kapur jika dibubuhi air serta
membentuk silikat yang mempunyai sifat hidrolik
·
Teras buatan, meliputi abu batu, abu terbang (fly-ash) dari hasil residu PLTU dan
hasil tambahan dari pengolahan bijih bauksit. Teras buatan ini dibuat dengan
pembakaran batuab vulkanik dan kemudian menggilingnya. Semen teras meliputi
semua bahan semen yang dibuat dengan menggunakkan teras dan kapur tohor, yang
tidak membutuhkan pembakaran. Teras buatan ini digunakan sebagai bahan tambah
dan digunakan pada bangunan yang tidak memerlukan persyaratan konstruksi yang
khusus, tetapi menggunakan banyak bahan semen.
2.
Semen terak
Semen terak adalah semen hidrolik yang sebagian besar terdiri dari suatu
campuran seragam serta kuat dari terak tanur kapur tinggi dan kapur tohor.
Sekitar 60% beratnya berasal dari terak tanur tinggi. Campuran ini biasanya
tidak dibakar. Jenis semen terak ada dua, yaitu :
- Bahan
yang dapat digunakan sebagai kombinasi kapur dalam pembuatan adonan
tembok.
- Bahan
yang mengandung bahan pembantu berupa udara, yang digunakan seperti halnya
jenis pertama.
Terak tanur tinggi adalah suatu bahan non-metalik yang sebagian besar terdiri
dari silikat, alumina silikat, kalsium dan senyawa basa lainnya, yang terbentuk
dalam keadaan cair bersama-sama dengan besi di dalam tanur tinggi.
Semen terak dibuat melalui proses tertentu yakni penggilingan, yang
menyebabkan terak itu bersifat hidrolik, sekaligus berkurang jumlah sulfat yang
dapat merusak. Terak tersebut kemudian dikeringkan dan ditambahi kapur tohor
dengan perbandingan tertentu. Seluruh bahan kemudian dicampur dan dihaluskan
kembali menjadi butiran yang halus.
0 comments:
Post a Comment